Thursday, September 30, 2010

dari Den Haag ke Paris


Kami datang awal di Den Haag Centraal (beda dengan Den Haag HS). Den Haag Centraal merupakan pusat stasiun train dan terminal untuk bus, tram, dan metro.

Namun demikian, perlu waktu dan keyakinan yang lama bagi kami untuk berpuas hati dengan jawaban orang ketika kami tanya; dimana bus yang akan berangkat ke Paris? Tanya beberapa petugas, tanya penjaga informasi yang berbeda, tanya sopir bus lokal, tanya orang lain, tanya Pandu, dll.

Selalu jawabannya: pojok lantai atas. Kami lihat tidak ada bus di pojok atas. Tidak ada kaunter bus satupun yang buka. Sudah gitu tidak ada kaunter bus Euroline yang akan kita naiki. Yang ada hanya bus lokal dengan platform masing-masing. Euroline platform mana, di pojok gak ada platform sama sekali. Padahal Eurolines adalah perusahaan bus yang sangat besar, menghubungkan seluruh kota di seantero Eropa (Amsterdam, Paris, Berlin, Barcelona, Roma, Athena, dll), bahkan yang terbatasi oleh laut sekalipun (Stockholm, London, dll), bahkan sampai ke Moscow dan sekitarnya.

Ternyata memang demikianlah adanya, bus hanya datang dan mengambil penumpang tak lebih dari 10 menit. Seperti kami lihat sebelum jadwal kami jam 23, sebelumnya dan datang bus ke London, Berlin, dll semua begitu.

Tibalah beberapa bus Eurolines, ada yang Berlin, London. Alhamd pas jam 21.55 datang bus jurusan Paris. Alhamdulillah, akhirnya terjawab dan benar penantian kami di tempat yang benar. Sopir ada 2, nanya berapa luggage kita punya dan semua dikasih tanda biar gak ketukar. Sekira 10 menit, bus dah jalan lagi. O.... begitu.

Kami lega akhirnya dah naik bus dengan benar, tapi tak mudah untuk tidur karena negara Belanda kecil, berarti sebentar lagi masuk negara Belgia kami mesti turun check imigrasi keluar Belanda dan masuk Belgia (2x naik turun), lalu taklama kemudian kami mesti turun lagi keluar Belgia dan masuk Prancis (2x naik turun). Begitulah pikiran kami sehingga kami tidak bisa nyenyak, mau lihat kanan kiri karena malam ya nggak begitu terlihat menarik.

Karena tujuan Prancis, sopir kayane juga orang Prancis selalu menginformasikan apa-apa dalam bahasa Prancis. Ketika beberapa kali berhenti, dia bilang dalam bahasa Prancis. Kami berpikir, ini imigrasi bukan ya? Kok kayaknya bukan, lagian ada beberapa penumpang juga kok gak pada turun.

Edam, desa sepi



Selesai belanja di Volendam, kami meluncur mengikti akhir tujuan bus 116 ke desa Edam. Lha kok liat kincir angin model lama, kami turun sempatkan diri turun dan foto-foto lama. Baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan bus berikutnya sampai terminal Edam.

Desa Edam, sepi dan sunyi, ada sapi banyak. Tapi sayang gak sempat foto bareng hehe. Gak lama kita di terminal, cuma mengisi perut dengan bekal yang kita bawa.

Pulangnya ke Amsterdam, saat naik bus kita ketemu juga orang Malang yang ternyata temen SMP nya Mas Agus, namanya Mas Panda. Whe lhah kok banyak banget orang Indonesia ya.

Sampai Amsterdam Centraal langsung naik train ke Den Haag Centraal tempat bus akan berangkat ke Paris.

Volendam, dinginnya pantai




Sebelum belanja, siapkan dulu wadahnya. Kami jalan-jalan lagi di jalan Damrak liat2 souvenir dan alhamdulillah juga ketemu koper cantik 15Euro. Juga ketemu banyak souvenir berupa payung bertuliskan ”Amsterdam”, alhamd beli banyak untuk oleh2. Siap belanja ke Volendam, siap hujan2an gak takut hujan lagi. Sebelumnya dah beli satu di Amsterdam Centraal, payung khas Eropa tapi tanpa tulisan, panjang lagi, dibawa istri di taruh di belakang punggung kayak pendekar Jepang hehe.

Kami menuju Ams Centraal, tanya petugas, tidak ada train kesana, adanya bus, terminal ada di belakang stasiun, asyik. Ada banyak pilihan bus yang melewati Volendam, yaitu jalur 110, 112, 116, dan 118.

Sesampainya di Volendam, kami langsung ke Tourist Info. Minimal cari peta, ternyata mesti beli 4.5Euro, takpelah wajib untuk panduan jalan. Ada museum di sampingnya, tapi dengan museum kami gak begitu akrab.

Langsung kami pergi ke pantai, wuih dinginnya, hujan dan ditambah angin laut. Ada banyak orang jualan souvenir pinggir pantai, orang beli juga ramai sangat. Banyak orang dari berbagai negara tumplek blek disitu. Juga ketemu orang Indonesia banyak banget. Wah banyak juga orang Indonesia yang kaya yang piknik sampe kesini juga ya.

Kami mau beli banyak mikir, tas koper ini kalo penuh mesti dibawa kesana-kemari ke Paris dan Berlin juga, wah jadi dilema.. ckckck..

Amsterdam, kami datang lagi




Saatnya tinggal di Amsterdam lagi. Bawa koper 2 buah dengan isi penuh dengan ransel isi penuh, capek rasanya. Kami cari hotel yang dekat2 saja dengan stasiun Amsterdam Centraal. Persis di depannya kami jumpa dan dapat di Hotel Multatuli dengan rate 146euro/night. Ingat Multatuli, inget dulu ada pelajaran sejarah, dia pengarang buku, Max Havelaar.

Check in, masukkan koper, langsung jalan2 menikmati lagi indahnya kota Amsterdam. Kita langsung ke Dam, Madam Tussaud, Bijenkorf, dll. Orang sangat-sangat ramai (kebanyakan turist). Sepanjang jalan Damrak penuh sesak orang lalu lalang menikmati kota dan belanja. Kami mampir juga dapat jaket dll. Sampai malam kita jalan2 akhirnya pulang capek dan rehat di hotel.

Pagi harinya ke rumah Mas Agus naik tram 13 turun di halte Burg Van Leeuwenlaan. Rumah beliau ada persis di belakang halte. Kami jadi mengganggu mau nitip 2 koper karena mau ke jalan2 ke Paris dan Berlin sehingga bawaan gak berat, hanya bawa ransel laptop dan baju ganti secukupnya istri bawa tas tenteng. Lagi-lagi kami disuguhin makanan, wah gak kepenak, tapi makanannya enak banget... Wah-wah alhamdulillah ya Allah Engkau pertemukan kami. Semoga Engkau berikan balasan dan kebarokahan hidup orang2 yang baik tersebut ya Allah, dunia dan akhirat, amien3x.

Kami diboncengin mobil Volkswagen milik Mas Agus ke Amsterdam Centraal, kebetulan beliau akan menjemput Mbak Ida yang lagi belanja di Bijenkorf dekat Dam, malahan kita juga ketemu dengan adik perempuan dan kakak perempuan Mbak Ida di supermarket tersebut. (Mbak Ida punya bapak-ibu dan 4 dari 6 bersaudara semua tinggal di Belanda).

Perjalanan ke Paris nanti malam jam 11, masih ada waktu lama. Putar otak dikit langsung dapat inspirasi; jalan-jalan ke Volendam. Disana tempat beli souvenir yang relatif murah dan kalo mau foto dengan baju-baju khas Belanda. Mau kesana ah...

Wednesday, September 29, 2010

kota Weesp, ketemu warung Pondok Java



Kami kebingungan cari makan, di Naarden nggak jumpa rumah makan, kampung banget ya. Hotel adanya cuma breakfast aja.

Bus yang lewat Naarden cuma 1 jalur yaitu stasiun Naarden-Bussum ke stasiun Weesp. Karena di stasiun Naarden-Bussum tadi siang dah tahu kondisinya ndeso takda dapat warung, kita mencoba keberuntungan naik bus ke stasiun Weesp, kota terdekat lainnya. Bareng dengan 3 orang Afsel yang juga mau cari makan.

Stasiun Weesp (padahal pertemuan 2 jalur train), ternyata sepinya gakkalah dengan stasiun Naarden-Bussum. Pening diriku. Alhamd ketemu dengan Mbak Endang asal Madiun yang menikah dan dah jadi WN Belanda, dia katakan banyak rumah makan dekat Centrum.

Gak sengaja alhamd Allah tunjukkan kita restoran Pondok Java. Horeeee...... Ngobrol banyak dengan pemiliknya, yaitu Mas Agus dan Mbak Ida (suami-istri asal Malang) yang sudah 15 tahun lebih tinggal di Belanda. Akrab banget kita ngobrol.

Makanan yang tersedia uenak banget, rasanya malah ngalahkan warung2 yang ada di Indonesia. Banyak juga makanan ringan. Banyak orang-orang Belanda, tua maupun anak-anak dengan logat mereka membeli makan nasi, soup, nasi goreng, atau makanan ringan, dll asyik juga mendengarnya. Memang kata mas Agus dan mbak ida, orang Belanda sangat merasa dekat dan suka dengan masakan Indonesia, mungkin diceritain oleh kakek-nenek mereka yang menjajah Indonesia 350 tahun, bahwa makanan Indonesia enak-enak.

Satu yang nggak enak, makan hari kedua, Mas Agus dan Mbak Ida tidak membolehkan kami membayar apa yang telah kita makan. Wah, gimana nih kita dah makan banyak hingga kenyang kok nggak dibayar. ”kita sedulur, gakusah mbayar”.... yah, semoga Allah yang balas kebaikan mereka berdua, amien 3x.

Bahkan, kebaikan mereka akhirnya berlanjut. Ketika tahu kami akan ke Amsterdam, mereka menawarkan diri untuk membawakan koper kami ke rumah mereka di Amsterdam (mereka bawa mobil bolak-balik Weesp-Amterdam sekira 20 menit) dan meminta kami menginap di rumah mereka. Sangat sangat baik hati, kami jadi malu. Akhirnya kami tetep sewa hotel dan akan nitip koer jika mau ke Paris sama berlin aja.

Alhamdulillah ketemu sedulur yang sangat baik hati di Belanda, barakallah utk semua kebaikan mereka, amien.

Tuesday, September 28, 2010

ICCESSE Conference

Kesan yang saya tangkap dari penyelenggaraan conference ini adalah minimalis, simple, dan tentu hemat banget. Panitia conference hanya nyewa 1 bilik saja utk acara. Registrasi ok bayar 500euro, cuma dapat proseding buku kecil part IV, ealah. Cuma 1 kelas (kapasitas 50 orang), tidak pakai paralel kelas. Panitia yang jaga kaunter cuma 2 orang saja anak muda plus 1 bos, cuma ada makanan dan minuman ringan di meja belakang.

Satu lagi yang membuat conference menjadi minimalis adalah sejak pagi hari pertama jam 08.00 acara langsung diselenggarakan berbentuk sesi presentasi, tidak ada keynote speech. Yang diberikan ke peserta juga cuma prosiding berbentuk buku dan hanya 1 diantara VI buku (paper peserta 200an) yang ada paper kita, card name yang mesti masang sendiri kedalam plastik yang telah disediakan, juga sertifikat telah dicetak dan ditempatkan di satu meja, peserta sila cari sendiri. Gak ada tas dll. Mantep tenan hanya 2 orang bisa nyelenggarakan acara seperti itu.

Selesai registrasi saya mengikuti sesi yang sedang berlangsung. Saat itu yang present adalah kawan dari Afsel (merangkap chairman), Romania, cyprus, terakhir Malaysia. Ternyata ada 2 dari Malay ; Utem Melaka dan UTHM Batu Pahat. Di sesi-sesi lain banyak presenter datang dari Iran. Dari Indonesia ternyata juga ada 2 orang, selain saya dari UAD Yogyakarta ada juga Bu Tutik dari Kesehatan Masyarakat UI Jakarta, sama-sama pembiayaan dari Dikti. Presentasi sama seperti conference biasanya, 20 menit include question-answer.

Saya present di hari kedua, chairman yang juga ditunjuk dari salah satu presenter (cara hemat panitia) adalah teman dari Polandia. Alhamdulillah present lancar, tanya jawab juga lancar, dah gak pakai canggung dalam menguasai audien dari berbagai negara. Pede aja lagi (cuma kadang berpikir, saya pede ngomong, tapi mereka paham gak ya? hehe). Setelah saya ada presenter dari Germany, Spain, dll.

Naarden




Siang kami meninggalkan kota Amsterdam. Saatnya tugas resmi mengikuti seminar dan berpindah tempat lagi, ke tempat acara conference di hotel NH Naarden.

Yah, nama daerahnya sama dengan nama saya Naardee. Perjalanan menggunakan train turun di stasiun Naarden-Bussum sekira 20 menit. Ternyata stasiun dah terasa suasana desanya. Ganti bus tambah terasa desanya. Sampai halte Gooimeer, eh ndeso banget, mana hotelnya... ternyata hotel pinggir sawah. Bus lewat hanya sejam sekali. Check in hotel beres. Hotel biasa aja, tapi kok mahal banget ya, 170euro/night (sekira 2juta).

Naarden memiliki satu kawasan namanya Naarden Vesting, (tampak atas) kampung berbentuk semacam bunga yang dikelilingi oleh sungai untuk meredam banjir (Belanda terkenal dengan daerah-daerah yang berada di bawah permukaan air laut).

Ternyata pemandangan bagus, jalan dikit dari hotel ada laut, wah asyik banget untuk lepas shubuh jalan2 kesitu. Sebelumnya takjauh juga dari hotel ada pangkalan kapal nelayan atau kapal plesir gakbegitu tahu, buanyak banget tapi tak terlihat seorang pun, suepi.

Pagi hari juga, kami ke hutan yang ada persis di depan hotel, lumayan asri. Sempat jalan2 masuk ke pinggiran hutan, tapi lama-lama takut karena tak ada orang jalan kaki. Yang banyak kita temui adalah anak-anak remaja yang ganteng dan cantik (dugaan kami anak sekolah) mengayuh sepeda mau pergi sekolah.

Satu lagi yang terkesan, diriku melihat orang ganteng-ganteng pada bekerja memperbaiki jalan dan meratakan tanah dekat pantai. Pikirku: ”orang-orang ganteng seperti itu kalo di Idonesia dah jadi model dan artis terkenal tuch, kok disini hanya kerja gitu ya”. Lha iyalah, orang ganteng dan cantik umbrukan di Belanda.

Monday, September 27, 2010

I amsterdam


Siang kami berpindah dari Delft ke Amsterdam naik train sekira 1 jam. Ke kaunter di stasiun Delft untuk nambah akaun ov chipkaart sebelum naik train, lancar.

Sebelum berangkat dah search di internet melalui www.9292ov.nl untuk sampai tujuan Hotel Blyss Amsterdam; jalan kaki ke Delft station, naik train, jalan kaki ke tram station, naik tram 1, turn di halte, jalan kaki. Semua lengkap dengan jawal dan lama waktu yang perlukan, kalo mau peta juga disediakan, sungguh sangat memudahkan.

Amsterdam suasananya sangat menyenangkan, sering hujan gerimis dan banyak sungai2 kayak Delft, bagus banget. Hotel Blyss alhamd takjauh dari halte tram. Begitu check in kelar, langsung jalan2, mampir Albert Heijn istri beli jaket. Tak jauh dari situ, ketemu museum van Gogh yang di depannya ada tulisan besar : I amsterdam. Wow.... ini

Jalan2 di sekitar situ, banyak museum, taman, dan kawasan banyak hotel. Alhamd juga ketemu masakan Indonesia di restoran Kartika dan Rumah makan Ikan Mas tak jauh dari hotel. Dapatlah kita makan nasi lagi horee..... sayang, cari payung belum dapat, malahne hujan2an makin sehat.

Tak cukup ngubek2 kota Amsterdam sampai disini, pagi lepas shubuh jalan2 lagi sepuasnya dekat2 hotel, terutama taman Vondel Park. Jam 12 kami tinggalkan Amsterdam menuju Naarden (kayak nama Narde hehe)

Sunday, September 26, 2010

Petualangan mandiri dimulai, Delft-Scheveningen




Awalnya hari ini ada rencana kami akan ke ujung Belanda yang jauh di selatan (Maachstrit) yang juga berbatasan Aachen (Jerman, sekolah pak Habibie dulu), juga berbatasan dengan Belgia. Tapi setelah Mas Pandu cek di internet, jadwal train banyak berubah, mesti mutar karena sabtu-minggu memang biasanya digunakan utk maintenance. Kalo tetep kesana mesti mutar dan perlu waktu 5jam (padahal biasanya cuma sekira 3jam), akhirnya kita urungkan niat saja.

Kebetulan Pak Agung hari ini ada acara, kebeneran sekarang tibalah saatnya saya dan istri berpetualang berdua, serba dipikir sendiri bagaimana rute, naik kendaraan apa, makan apa dan dimana, bagaimana cara ngomong, dll. Bismillah.

Sebagai awal, kita bermula dari Delft. Kita nyari tourism info untuk dapatkan peta, masuk supermarket untuk persediaan makanan di perjalanan, beli pulsa telpon tapi gakdapet2, cari souvenir dekat Delft centrum, cari payung di beberapa supermarket karena sering banget hujan (tapi gakdapat2 juga), dll. Semua dengan keberanian dan nekat aja. Bahasa Inggris semampunya, kalo lawan bicara hanya bisa bahasa Belanda, yah bahasa tubuh yang dipakai hehe...

Saya dan istri kemudian melanjutkan perjalanan ke Den Haag, dari Delft naik tram 1. Namun kami penasaran dengan tujuan akhir tram 1, akhirnya kita ikut sampai ujung tempat berhenti terakhirnya tram. Ternyata ketemu pantai indah dan panjang, namanya pantai Shceveningen. Ombaknya lumayan tinggi.

Disitu banyak banget orang, restoran, dan banyak orang jual pakaian dan souvenir. Ada bangunan di atas laut utuk restoran dan jualan cinderamata, juga ada casino (tapi dono dan indro tidak ada hehe). Yang tak kalah, banyak orang di pantai bawa anjing hiiii takut... kenapa anjing aja kok sampai dibawa kesana-kemari.

Terakhir kami ke Den Haag cari rumah makan turki yang ada jual nasi. Pulangnya kami belajar bayar cash ke sopir tram karena ov chipkhaart kita dah habis, alhamd mudah aja yang penting tujuan jelas. Sampai hotel di Delft dah larut malam, saatnya tidur dan esok kemas2 koper kerana penjelajahan akan dilanjutkan ke Amsterdam, pindah hotel dan pindah suasana baru. Sudah booking via internet rate 70Euro/night.

Memantapkan Skedul (fokus Belanda, Paris, dan Berlin)

Dibantu pak Agung dan Pandu (temen sekamar pak Agung), ada pemantapan dan perubahan2 rencana jalan2. Karena niatnya presentasi paper seminar internasional di Belanda, maka fokus jalan-jalannya juga di Belanda aja selama conference belum berakhir. Baru setelah conference 28-30Sept bisa dilanjutkan jalan2 nyebrang ke negara lain. Rencana mesti dipastikan dari sekarang dan sekalian dilanjutkan dengan booking transportasi dan hotel sehingga terhindar dari kenaikan harga.

Akhirnya diputuskan ngubek2 Belanda dikatok-katokne sebelum 30 Sept; Amsterdam, Delft, Den Haag, Rotterdam, Scheveningen, Naarden, Volendam, dll. Dari kota hingga desa lengkap sudah. Setelah 30 Sept mungkin hanya 2 negara yang bisa diubek2, bismillah utamanya adalah Paris Perancis dan Berlin Jerman. Belgia ntar lewat aja karena kalo ke Paris dari Belanda mesti membelah melalui Belgia. Luxembourg negara kecil agak jauhan di selatan, sementara lupakan saja.

Oke, yang dalam Belanda gakmasalah tentang hotel dan transportasi. Yang ke Paris dan Berlin, liat di internet harga untuk perjalanan dengan naik kereta mahal banget. Pilihan akhirnya jatuh ke bus, eit... itupun yang dari Amsterdam juga sudah habis. Akhirnya pilihan jatuh pada bus Eurolines Den Haag-Paris pp berdua 168 Euro dan Den Haag-Berlin pp berdua 172 Euro. (kalo mutar: Den Haag-Paris-Berlin-Den Haag jatuhnya mahal banget).

Wah ternyata 2 minggu sangat tidak cukup, harus pinter2 menjadwal perjalanan, mestinya sebulan aja. Den Haag ke Paris 30 Sept malam, dini hari sampai di Paris lalu jalan2 hingga tengah malam, balik ke Den Haag (2Okt). Tanggal 2 malam berangkat ke Berlin, 3Okt pagi hingga 4Okt malam jalan2 (nginap 1 malam), balik ke Den Haag sampai 5 Okt pagi, sorenya terbang balik ke Indonesia.

Dah clear rencana, eksekusi booking bus dan hotel di Berlin dilakukan oleh Mas Pandu, saya tinggal ganti uang aja. Alhamdulillah,...saatnya melanjutkan penjelajahan Belanda.

Saturday, September 25, 2010

Den Haag, ibukota Kerajaan Belanda



Perjalanan selanjutnya yang ditemani pak Agung adalah ke Den Haag. Perjalanan selanjutnya adalah Den Haag. Dalam benak saya, kota Den Haag adalah ibukota (pusat pemerintahan) Belanda, juga ada kantor Mahkamah Internasional, juga kedutaan2 termasuk Indonesia ada disini. Sedangkan Amsterdam adalah pusat bisnis.

Kami sempatkan sholat di masjid di kawasan China Town (orang Indonesia lebih banyak, tapi kok gakpunya Indonesia Town ya?). Lalu makan di warung milik orang Turki, alhamdulillah ketemu nasi gak susah, harga sekira 4euro. Benernya ada restauran Indonesia, tapi mahal banget, misal tempe penyet 10euro (Rp 120rb).

Untuk awal-awal, sementara selesai training dengan pak Agung, mulai besok pagi akan pergi2 berdua saja biar leluasa nggak ganggu orang, juga biar tambah berani dan pinter berhadapan dengan orang2 Belanda.

Rotterdam, Sciedam, Hoek van Holland




Selepas sholat dhuhur, kami berdua ditraining pak Agung keliling Belanda; bagaimana menggunakan berbagai moda transportasi, tempat2 yang layak dikunjungi, tempat makan Indonesia atau minimal ada nasi (yah, masih Jawa banget, kalo nggak makan nasi belum kenyang).

Kami diajari naik kereta api Delft-Schiedam (kota ini banyak kincir angin model lama), langsung kita naik kereta api lagi ke pantai ujung barat hingga ujungnya kereta api, tepatnya di Hoek Van Holland (=Ujungnya Belanda, kira2 begitu ya’e). Disini banyak kincir angin model baru tapi kita nggak bisa mendekat karena terhalang pelabuhan.

Perjalanan berlanjut ke Rotterdam naik kereta api lagi. Oya, satu hal yang menarik, jadwal kereta api, bus, metro, dan tram di Belanda sangat-sangat tepat. Kita bisa memastikan di setiap stasiun, sekarang jam berapa dan jadwal berangkat kereta terdekat bisa kita ketahui dengan pasti, jadi rasanya enak nunggunya.

Di stasiun Rotterdam, pak Agung ngajari kami untuk beli OV-Chipchaart. Ini adalah card untuk deposit bayaran transportasi yang terintegrasi, untuk naik bus, kereta api, tram, metro dll apapun se-Belanda asal saldo masih ada bisa dipakai. Biasanya saldo minimal 20euro utk naik kereta api, kalo naik lainnya minimal saldo 4 euro. Enaknya dengan card ini, setiap naik kendaraan apapun tinggal sentuhkan di alat saat mau naik dan saat mau turun, sehingga gakperlu ngomong dan bayar setiap kali naik, lagipula dapat korting (iki bahasa Belanda) 40%. Kami beli 2 buah 17euro, isi ulang terserah sesuai keinginan kita. Mantaf dech, petualangan mandiri dah siap dimulai.

Friday, September 24, 2010

Delft, kota tua Belanda





Perjalanan Amsterdam-Delft naik kereta api sekira 45 menit. Sesampainya di stasiun Delft, kami langsung dianter pak Agung ke hotel Grand Canal di depan stasiun, persis disamping sungai. Pemandangan sangat cantik; rumah2 khas Eropa, pohon2 di musim gugur, angsa-angsa di sungai, alhamdulillah kami bisa menikmati secara langsung lewat kaca jendela.

Salah satu yang membuat kami terkesan adalah suasana Delft yang seperti kampung tua, banyak lorong-lorong kecil, dan yang paling kaged adalah banyaknya bule-bule cantik dan ganteng pada naik sepeda. Ya, ternyata orang Delft khususnya dan Belanda pada umumnya banyak mengandalkan sepeda yang ramah lingkungan untuk mobilitasnya. Jika ingin pergi jauh baru naik bus, kereta, tram, metro dll. Sehingga stasiun dan terminal, parkiran penuh dengan sepeda, sampai dibuat tingkat segala markirnya.

Sesampainya di depan hotel, kami berjumpa dengan mas Andi dan bapaknya yang lagi muter2 di nyari TU Delft untuk rencana daftar PhD, dia baru selesai master 1 tahun di Belanda juga (nama kampunya lupa), kuliah cepet program PNS Departemen PU. Akhirnya kami check in dan masukkan koper ke kamar, lalu jalan bareng berlima menyusuri kota tua Delft. Centrum (pusat kota) ada gereja (kalo negeri muslim biasanya masjid dan alun2) adalah tujuan pertama kami. Ada juga sekalian kita beli new simcard T-mobile, tempat makanan halal donner orang Turki.

Jalan-jalan sore sampailah kami di TU Delft. Kampus tua lumayan besar, menyatu dengan masyarakat sekitar. Banyak student pakai sepeda. Perpustakaan cantik, atapnya ditumbuhi rumput sehingga nampak bangunan seperti goa dibawah bukit.

Selesai di Delft, kami berpisah pulang naik bus. Andi dan bapaknya langsung balik ke kotanya. Sebelum berpisah, Andi mengajak kami untuk ke Belgia besok pagi naik bus 35euro pp/orang, tapi kami belum bisa bergabung karena akan mendalami Delft dulu wong baru datang kok langsung pergi ke negara lain.

Saya dan istri dianter pak Agung naik bus ke hotel, pak Agung sekalian akan ambil sepeda yang ditaruh di depan hotel. Sampai hotel langsung sholat dan tidur panjang untuk menyiapkan habis shubuh langsung ma’rifatul Delft lagi. Alhamdulillah habis shubuh jam5an langsung mengelilingi Delft sampai habis bis bis, pulang jam 10an. (ternyata saya salah setting 1 jam lebih awal, jadi kami mulai jalan2 tadi benernya jam4, duh semangatnya yen mlaku-mlaku)

Amsterdam, diriku tlah datang



Kami tak terlalu risau sesampainya di Schipol International Airport (Amsterdam). Kami mendarat jam 13.30 waktu amsterdam (lambat 5 jam dibanding WIB). Sudah berkali-kali kontak dan akan dijemput Pak Agung Purniawan (dosen Teknik Material ITS, dulu S2 di UTM, sekarang S3 di TU Delft). Bahkan untuk memudahkan penjelasan bagaimana hidup (transport, makan, dll) di Belanda, kami sudah di-booking-kan hotel di Delft untuk 2 malam biar dekat dengan kost pak Agung.

Schipol lumayan besar tapi takterlalu susah untuk menemui pak Agung di arrival hall, cuma sayang kami kehilangan jejak utk bertemu dengan bapak-ibu dari Makassar, padahal kita sudah janjian ketemu anaknya di arrival hall utk buat janjian jalan2 bareng selama di Eropa. Akhirnya kami berdua diajak pak Agung turun ke lantai bawah untuk naik kereta api jurusan Delft (sekira 45 menit), alhamd nyaman melihat pemandangan selama perjalanan melewati sawah, rumah2 dan tanaman2 khas Eropa, peternakan sapi dan domba, ada juga sisa-sisa kebun bunga tulip (katanya khas-nya Belanda).

Khusus bunga Tulip ada banyak dan bagus di Keukenhof tapi pada musim semi (April-Mei), yah waktu kami nggak pas. Perjalanan Amsterdam-Delft pakai transit di stasiun Leiden. Leiden University yang dalam benakku bagus dalam bidang Social dan Kedokteran ada persis disamping stasiun.

Udara Belanda yang kami rasakan adalah dingin (10an derajat), padahal sekarang masih musim gugur (autumn) menjelang dingin (winter). Tapi alhamd udara dingin sangat kami sukai, terutama diriku yang sering gerah karena cuaca panas. Hujan-hujanan pun juga enak di badan, gak basah kuyup dan gak bikin pilek. Jadinya enak di badan, dingin dan gak sering keringatan.

Thursday, September 23, 2010

Berangkat ke Amsterdam Belanda



Bismillah..... Perjalanan panjang dimulai. Terbang ke Amsterdam transit Dubai. Keliling sebagian Eropa (Belanda, Prancis, Jerman, Belgia, Luxembourg). Begitulah rencana kami, mudah2an lancar dan dimudahkan Allah.

Rute perjalanan kami pakai muter2.
Kemarin pagi perjalanan AirAsia Jogja-Spore, nyebrang ke JB utk urus sebentar di SPS UTM yang ngasih surat bahwa thesis sudah dipersilakan utk dijilid. (tapi mohon maaf terpaksa njilid thesis minta ditunda hingga 3 minggu karena tabrakan dengan jadwal jalan-jalan kami). Malam naik bus ke KL. Pagi hari kemas2 barang bawaan dalam 2 koper kecil, siang naik taxi ke KLIA (RM 85).

Sore jam16 naik pesawat KLM Kuala Lumpur ke Jakarta (1st time kami naik KLM), lumayan pesawat besar dan nyaman, pramugari laki dan perempuan Londo ganteng dan cantik (mungkin dulunya gitu). Harga tiket KLM relaif tidak fluktuatif, kami dapat RM 363/seat pp KL-Jkt.

Saya dah nyiapin banyak buku bacaan, ternyata gakkepake karena kalah dengan video on demand. Namanya baru 1st time, rada bingung juga cara pakai video on demand yang disediakan di setiap kursi. Duduk, mikir, lirik kanan-kiri....akhirnya bisa juga pake. Satu yg teringat: lho, dimana headset, kok di kursi saya gak ada, ternyata saya gakdikasih headset oleh pramugari karena saya tidur o...o...pantesan.

Transit di Jakarta lumayan lama, landing jam18, terbang lagi jam 24. Alhamd check in di Emirates dan urus cop imigrasi takda masalah. Agak enak di Jakarta, bayar airportax langsung di kaunter checkin, beda dengan airport Jogja mesti ada loket sendiri. Cuma yg agak ribet, urus bebas fiskal mesti bawa copy NPWP dan copy surat nikah/kartu keluarga, kalo di Jogja cuma diliatin aja cukup.

Terbang lama dengan maskapai Emirates dimulai. Kami liat pramugarinya lucu-lucu pakai ”jilbab secuil” (gaktahu istilah yang bener utk sebutan kain putih yang dipakai bersama dengan topi). Pramugari kayaknya dari berbagai negara, termasuk ada yg dari Indonesia. Pesawat besar, kalo gaksalah Boeing 777-300 kapasitas 425 penumpang, kelas ekonomi seat ABC DEFG HJK (KLM sedikit lebih kecil, seat ABC DEF GHJ). Gaktahu kenapa, seat I tidak ada. Kalo bisnis; AB CD EF

Perjalanan sampai Dubai Uni Emirat Arab alhamd lancar. Ternyata terbang 8 jam gak bosen karena ada mainan bisa nyetel TV, film, update info perjalanan, dll. Makan minum juga tak henti2nya dihidangkan, ternyata enak ya (tak mbosenin seperti yg dibayangkan sebelumnya). Kita landing jam4.30 waktu setempat (4 jam lebih akhir dibanding WIB). Dubai International Airport besar dan megah. Ketemu bapak-ibu (Hatifah) dari Makassar yang akan mengunjungi anaknya yang kuliah di Belanda. Anaknya yang satunya yg lagi belajar di Kairo juga dah datang ke Amsterdam. Wah, mantep tenan rek.

Perjalanan selanjutnya Dubai-Amsterdam bisa dinikmati dengan baik, walaupun bingung kita harus ikut jam mana untuk jadwal makan maupun istirahat. Ya udah, akhirnya asal dikasih makan ya kita makan, kalo udah kenyang dan capek liat TV ya tidur, gitu aja.

Sunday, September 12, 2010

Merasakan Mudik Beneran Wonosobo-Sragen

Tahun ini agak berbeda dari biasanya, banyak belajar di jalan raya merasakan mudik beneran (terutama suasana di jalanan).

Perjalanan panjang dan relatif nyaman KL-Spore belum cukup. Mobil2 yang ada taksiap utk bermacet2 di jalan, ada 2 yang bagus gakberani makai karena takbiasa pegang yang model tsb. Kini saatnya saya dan istri merasakan penatnya berdesak-desakan naik bus saat-saat suasana lebaran dari Kertek Wonosob ke Sukodono Sragen. Waktu tempuh biasa 4-5 jam, sekarang 10 jam karena macet dimana-mana. Jangan-jangan panjang total semua kendaraan jauh lebih panjang dibanding panjang jalan yang tersedia.

Sudah begitu masalah bayar harga dipatok semaunya. Kertek ke Bawen hari biasa taksampai Rp 20ribu, hari ini dipaksa kondektur bayar Rp 40ribu/orang. Masih untung dapat duduk. Ojek angkutan dari Sragen-Kampung Rp 90.000

Hari ini sebenarnya ada reuni SMAN 1 Sragen, tapi sayang saya gakbisa datang karena sampai di Sragen sudah maghrib (walaupun ternyata hari berikutnya baru tahu kalo malamnya acara masih berlanjut, wah sedih rasanya).

Namun Alhamdulillah, berkat fesbuk diriku bisa menjumpai temen2 SMA yang sudah lama gakbersua, sambung menyambung kawan2 lama. Alhamdulillah sudah banyak yang sukses. Kalo nama-nama, wah terlalu banyak nama utk disebutkan.... Mudah2an tahun depan bisa hadir dalam reuni. Amien 3x.

Kakak dan adik beserta istri alhamdulillah pulkam. Paklik-bulik palembang alhamd pulkam.

Friday, September 10, 2010

Idul Fitri 1431 H di Kertek Wonosobo

Sholat ied tahun ini dibayang-bayangi hujan yang terus mengguyur setiap hari. Biasanya bulan Agustus-September musim kemarau, tapi untuk tahun ini hujan tidak menentu.

Alhamdulillah saat sholat ied, tidak hujan walaupun juga tidak panas, sehingga kita bisa melaksanakan sholat ied di lapangan.

Seperti biasa setelah sholat ied kita keluarga besar trah Haji Ahmad Amzat kumpul bersama utk bermaaf-maafan. Tahun kemarin di rumah ibu kami (anak ke-3), sedangkan tahun ini bertempat di rumah pak Saat (anak ke-6, ragil).

Setelah kumpul bersama, kita silaturahmi bersama ke rumah2 simbah yang semuanya punya pondok pesantren;
1. Mbah Tempel (sudah meninggal 2 tahun lalu, yang ada tinggal 2 simbah putri)
2. Mbah Kalisuren (mbah putri sudah tua sekali)
3. Mbah Tanjung dan Sijambu
4. Mbah Binangun
5. Mbah Lurah putri Kertek (sudah meninggal 3 tahun lalu)

Khusus keluarga kami silaturahmi ke Bowongso keluarga simbah2 dari bapak; mbah Haji Ali Askar (mbah kakung aja,mbah putri dah meninggal tahun 2007), Mbah Lurah, dan 4 Mbah-mbah lainnya. Juga ke Mbah Kembaran.

Wednesday, September 8, 2010

Masih Banyak Desa Tanpa Listrik

Hari ini saya ikut adik ipar yang sedang lemburan mengerjakan proyek listrik di desa, ditarget lebaran harus sudah nyala semua. Bahkan harus lemburan sampai malam.

Tempatnya jauh dan jauh sekali.... Juga, ternyata jalannya hanya batu dan batu keras naik turun bukit.... naik motor sekira 1 jam dengan jalan yang berbatu tanpa aspal. Wah, kayak cerita KKN di pelosok desa.

Ternyata masih ada, bahkan masih banyak desa di Kabupaten Wonosobo (mungkin juga se-Indonesia?) yang belum bisa menikmati adanya listrik. Mereka gak berpengaruh dengan pemadaman bergilir PLN karena memang sehari-hari hidup tanpa adanya listrik PLN. Kasihan banget saudara-2 kita tsb.

Ada juga info baru bahwa sekarang bayar listrik modelnya kayak pulsa HP, prabayar. Kita beli pulsa berapa puluh ribu ntar akan dapat pulsa sebesar berapa watt gitu. Kalo habis mesti beli pulsa baru untuk bisa hidup lagi.

Tuesday, September 7, 2010

Perj Mudik Raya; KL-Spore-Jogja

Alhamdulillah lebaran tahun ini bisa mudik lagi. Mudik kali ini terasa special dan membahagiakan sudah punya jawaban mantap kalo ada pertanyaan: "kapan lulus?". Pulkam sekalian juga mohon doa restu keluarga untuk kami yang akan jalan-jalan ke Eropa, visa dah di tangan jadi lega banget rasanya, kepastiannya sudah tinggi, insyaAllah.


Perjalanan mudik kali ini cukup panjang dan melelahkan tapi penuh pengalaman. Selasa jam 11 malam kami naik kereta api Senandung Sutera jurusan KL-Spore. Baru pertma kami mencoba naik kereta api jarak jauh punya KTM Malaysia yg menembus Spore di selatan dan Thailand di utara. Perjalanan memang lebih lambat dibanding bus, tapi tiket cukup murah. Kami ambil seat yang bentuknya tempat tidur tingkat, bawah RM 46, atas RM 40. Bisa tidur pulas dech.

Sampai di JB sekira jam 6 pagi, di imigrasi mau keluar Malaysia kita nggak perlu keluar dari keretapi. Petugas masuk kedalam keretapi dan menandatangani paspor kita dan mengesahkan bahwa kita meninggalkan Malaysia.

Sesampainya di imigrasi Spore, kami mesti keluar keretapi dan membawa semua barang2 kita. Penumpang minta cop imigrasi masuk Singapore dan balik lagi ke seat semula di keretapi. Lanjutkan perjalanan sampai di stasiun ujung yaitu St Tanjung Pagar sekira 30 menit (sekira jam 08.30, jadwal seharusnya jam 07.00). Dilanjutkan naik taxi aja ke Changi airport.

Changi kayak pasar malam, rame sangat. Suasana lebaran sangat terasa. Takterlewatkan kami foto-foto disana. Jam 12.00 landing di Jogja, kembali ke tanah air beta...

Monday, September 6, 2010

Urus visa Arab, belum rejeki kami

Terpikir ide dari seorang kawan untuk mampir umrah ke Arab setelah selesai conference di Eropa. Tanya sana-sini ke kawan/sdr yang pernah umrah atau ngurusin umrah, travel agent, bahkan sampai 2x tanya ke embassy arab…… ternyata kami belum beruntung karena pilihan waktu yang tidak tepat.

Permohonan visa umrah mesti via travel agent dan ditutup seminggu sebelum ramadhan (kalo umrahnya terakhir menjelang idul fitri). Mulai idul fitri, umrah ditutup sampai 3 bulan setelah pelaksanaan haji.

Ide terakhir muncul; pakai visa berkunjung biasa (social visit visa) asal kita bisa sampai ke Mekkah. Sayang, setelah ke embassy Arab, ternyata tetep tidak bisa, Arab tidak menyediakan visa tersebut. Ada visa transit itupun hanya untuk warga semenanjung Arab, ada visa ziarah itupun harus ada surat calling visa dari orang atau institusi di Arab.

Ya sudah, semua info dan peluang utk dapat visa ke Arab telah dicoba dan hasilnya memang belum berpihak pada kita. Mungkin memang kita belum diijinkan, insyaAllah lain waktu dan kesempatan, amien3x.

Urus visa Eropa di Embassy Belanda KL

Perjuangan yang luar biasa panjang alhamdulillah telah bertemu ujungnya. Pengurusan visa Belanda dah selesai. Diberi Schengen Visa untuk bisa masuk ke 25 negara Eropa.

Teringat, kami pertama ke Embassy Belanda di lantai 7 AmpWalk (Ampang Jaya). Senin 23 Agustus, kurang syarat ini itu sampai 3 kali ke Embassy, alhamd Kamis 26 Aug dinyatakan lengkap dan diterima. Sampai di lantai bawah ditelpon kurang, saat ngurus 1nya lagi, ditelpon lagi kurang yang lain. Setelah itupun masih 3x ditelpon kurang ini itu lagi, Bahkan di hari ambil visa, masih ada syarat yang kurang, walah-walah...sing sabar pancene durung lengkap.

Untung aja Embassy dekat dengan rumah dan syarat2 beberapa bisa diwakili dengan scan dan kirim email. Untungnya lagi, karena kami mau pulang nanti malam, maka pembuatan visa dipercepat sehingga paspor kami yang ditahan di Embassy bisa kita ambil beserta visa yang telah ditempel. Alhamdulillah gak ada 2 minggu dah selesai.

Sekarang, alhamd visa dah ditangan, tiket akhirnya juga bisa kita pastikan ambil untuk maskapai, tanggal, dan harganya. Terbayang makin dekat mau keliling Eropa selama sekira dua minggu. Kota dan negara minimal yang terpikir untuk dikunjungi adalah Amsterdam Belanda, Brussels Belgia, Paris Prancis, dan Berlin Jerman, kalo sempat sekalian Luxembourg.


Sedikit mengingat syarat urus Schengen Visa (visa Eropa) di Embassy Belanda.
1. Schengen Visa application form yang telah diisi dan ditempel foto 4x6. Form dapat di-download di website embassy Belanda.
2. Invitation letter. Embassy minta invitation letter yang dikirim langsung (boleh via email saja) dari panitia kepada embassy, jangan lupa minta dikirim cc ke email kita. Baik juga disertakan bukti registrasi dan schedule acara
3. Sponsorship letter dari institusi kita (original), lebih baik sertakan juga surat tugas. Istri yang ikut serta tanpa sponsor wajib menyertakan surat dari atasan bahwa diijinkan meninggalkan pekerjaan, juga copy slip gaji 6 bulan terakhir, serta data transaksi rekening 6 bulan terakhir (saldo minimal RM 15,000 – 20,000 atau sekira Rp 45 juta – 60 juta)
4. Return airline ticket (bisa booking dulu via travel agent, jangan bayar dulu karena belum pasti apply visa diluluskan)
5. Travel insurance (minimum cover RM 150,000 atau sekira Rp 450 juta). Polis Insurance utk per 5 hari sekira RM 40 atau sekira Rp 120,000. Ini salah satu tempat untuk urus insurance: AXA Affin General Insurance Berhad No. 27&27A Jl. Glasiar Taman Tasek 80200 JB, ph 07-2328308, Fax 07-2320308
6. Booking hotel selama di negara tujuan (bisa booking dulu via internet, jangan bayar dulu karena belum pasti, hari-hari tersebut mungkin kita berada pada kota yang berbeda).
7. Copy paspor. Copy visa dan surat keterangan tempat kita kerja/sekolah jika kita urus visa bukan di embassy di negara asal kita.
8. Copy of marriage certificate and family member card (diperlukan jika akan membawa anggota keluarga)
9. Biaya pengurusan visa RM 250 atau sekira Rp 750,000/orang.
10. Pengurusan visa 2-4 minggu

Paper Accepted di Jurnal Romania

Alhamdulillah, hari ini dapat kabar menggembirakan, setelah menunggu sekian lama, alhamdulillah paper kami akhirnya accepted di jurnal internasional terbitan Romania (Eropa). Kanada sudah, Eropa sudah.

Masih menunggu yang India dan Turki belum ada keputusan.