Tuesday, January 25, 2011

Selamat Tinggal Padang

Travel yang sangat cepat membuat kami terlalu lama di airport, takpa daripada terlambat. Kami makan, sholat, dan duduk2 lama. Saatnya check in, ada pelajaran berharga, pastikan kalo gakpesan bagasi, betul-betul patuhi bawa 2 tas saja yang masuk ke pesawat, maksimal 7kg/tas.

Saat itu kami bawa 2 tas ransel dan 1 tentengan, benernya setelah ditimbang cuma 16.5 kg (lebih 2.5kg), tapi karena kami sedari awal sudah kelihatan bawa 3 tas maka yang satu tetep diminta taruh dibagasi. Beli bagasi saat mau berangkat hanya max 15kg dengan harga Rp 120,000 (RM40). Btw, harus ridho, memang aturannya gitu, yang penting perjalanan lancar dan selamat.

Benteng Fort de Kock dan Kebun Binatang

Pagi selepas Shubuh, kami putuskan ke Benteng Fort de Kock yang cuma di belakang hotel. Sayang sudah dekat demikian masak gak dikunjungi. Kami adalah pengunjung pertama, walah-walah kalo jalan2 kok rajin banget. Loket belum buka, tapi ada petugas yang memperbolehkan masuk, bayar Rp 5000. Ke kebun binatang yang bersebelahan pun hewan-hewan juga masih pada bobok hehe.

Setelah puas di benteng dan kebun binatang, saatnya menyelesaikan beli cindera mata yang belum dapat di Pasar Atas, baru beberapa toko yang buka, tapi okelah akhirnya semua titipan dan oleh2 semua sudah dapat.

Jam 9 sampai di hotel, disediakan sarapan nasi goreng, mandi dan kemas2 beres, check out. Alhamdulillah, saat check out, disarankan resepsionis pakai travel aja langsung ke airport, karena memang kami usah ke Padang lagi, kita call agen travel.

Alhamdulillah call agen travel dapat, murah juga Cuma Rp 30,000/seat, sudah gitu cuepet banget, cuma 2 jam, tapi yang jantungan siap-siap copot hehe..... pokoknya ngeri dech, jalan naik turun, belak-belok, sopir nggak mau kalah, pasang sirini kayak ambulan/polisi lagi, ckckckck....

Monday, January 24, 2011

Jam Gadang dan Lorong Jepang

Pagi setelah shubuh kami jalan kaki dan jalan-jalan pagi, sekalian beli beli ketemu banyak orang jualan cindera mata, sekalian ke Lorong Jepang (Rp 3000 di pelataran dan Rp 5000 utk masuk lorong). Istri agak takut karena suasana lorong dengan total panjang sekira 1300m, masuk dengan menuruni tangga sekira 63, lampu terbatas, gelap, pengunjung juga tak ramai karena Senin, tapi ada rombongan besar dari Malaysia.

Terasa sekali di Jam Gadang dan sekitar Lorong Jepang, suasana kota wisata sangat kentara. Banyak cindera mata yang dijual dengan aneka macam dan warna. Akhirnya kita putuskan nambah 1 malam lagi di Bukit Tinggi. Apat ada rencana pilihan jalan ke Payakumbuh, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Atas dan Danau bawah di Solok semua kita singkirkan.

Dari lorong Jepang lagi-lagi ke Jam Gadang, lewat jalan mutar. Coba ganti belum ketemu yang sepadan antara kondisi dan harga yang lebih baik dari hotel Kartini, akhirnya kita extend 1 malam. Sore malam kita selesaikan, kita ulang2, mutar2 di Jam Gadang, Pasar Atas, Pasar Bawah.

Sunday, January 23, 2011

Dari Padang ke Bukit Tinggi

Kami naik travel Tranex Mandiri ke Bukit Tinggi, dicampur dengan penumpang Payakumbuh. Travel kenceng banget, salip sana salip sini, untung gak duduk paling depan, alhamd lancar. Yang nggak habis pikir, ke airport yang 45 menit bayar Rp 18,000, tapi Padang-Bukit Tinggi 3 jam bayar cuma Rp 16,000. Kok aneh banget, fasilitas dan kualitas lebih kurang sama.

Perjalanan sungguh menyenangkan, naik turun bukit, kelak-kelok asyik banget. Dalam catatan kami melewati beberapa daerah, seperti Kota Padang, kab Padang Pariaman, Kota Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kab. Agam, Kota Bukit Tinggi. Yang menyedihkan adalah masih banyak kita jumpai (terutama dan kab Padang Pariaman) sisa-sisa gempa 2009, rumah roboh, retak berat, menggambarkan begitu dahsyatnya gempat tsb.

Kami turun di Aur Kuning, ganti angkot ke Jam Gadang Rp 2000 (bayar angkot serba 2000, sama seperti di Padang). Sore menjelang, kami jalan2 di sekitar Jam Gadang, rame banget dari yang jualan maupun yang piknik, mungkin karena hari minggu, tapi besok sudah senin masuk sekolah, harusnynya dah pada pulang, tak tahulah...

Ada taman Bung Hatta, kami masuk ke Pasar Atas dan Pasar Bawah, sambil beli-beli yang sekiranya perlu, sambil nyari hotel yang sesuai. Di Ujung pasar ketemu Kebun Binatang dan Benteng Fort de Kock yang bersebelahan tapi bisa masuk dari masing-masing dan disatukan dengan jembatan layang di atas jalan raya.

Kami jumpa dan tertarik hotel Kartini, depan masjid di Pasar Bawah, murah Rp 175,000, tak perlu AC karena hawanya Bukit Tinggi dah dingin. Saatnya rehat sebentar, malam jalan2 di lokasi jam gadang yang masih juga rame banget.

Batu Malin Kundang, Pantai Air Manis

Pagi-pagi, kami sempatkan jalan2 ke Universitas Bung Hatta sekira 500 meter dari hotel. Yang bagus adalah belakang kampus langsung terbentang lautan luas.

Sarapan di hotel dan check out, kami akan ke Pantai Air Manis tempat batu yang dianggap peninggalan dalam legenda Malin Kundang. Mumpung hari Ahad, biasanya ramai. Cari angkot di pasar raya jurusan Air Manis (457?), kalo ini bayar Rp 4000 karena medannya susah (naik turun bukit), mobil Elf. Perjalanan sekira 30 menit. Angkot cuma 3 buah, jadi nunggunya lama banget.

Batu Malin Kundang masih ada beserta perahunya yang sudah membatu. Benar saja, suasana pantai rame banget, banyak yang jualan juga.

Saturday, January 22, 2011

Teluk Bayur, Pantai Padang

Setelah rehat sebentar di hotel, saatnya jalan2. Naik angkot (01) ke Kami ke Plaza Andalas, lalu pasar raya yang full angkot dan orang jualan (namanya juga pasar). Kemudian kami cari angkot 433 ke Teluk Bayur yang termasyur dengan lagunya. Perjalanan sekira 30 menit. Angkot alhamdulillah sangat banyak dan murah, sekali naik Rp 2000 saja untuk semua jurusan.

Suasana Teluk Bayur lebih kurang sama dengan 11 tahun lalu, kurang bersih, mungkin karena adalah pelabuhan untuk aktivitas pengapalan semen padang. Ada kapal-kapal penyeberangan juga tapi kami gak mendekat dan gakberlama-lama balik lagi ke pasar raya, kota.

Balik dari pasar raya lewat pantai Padang, kami turun. Banyak pemecah ombak yang sekalian untuk menikmati keindahan laut. Suasana rame banget, mungkin karena Sabtu sore.

Padang dan Bukit Tinggi

22-25 Januari 2011 kami jalan2 ke propinsi Sumbar, terutama Padang dan Bukit Tinggi. Kami menggunakan tiket AirAsia yang sudah dibeli lebih 6 bulan, RM50 = Rp 150,000 untuk berdua pergi pulang. Ke Padang dan Bukit Tinggi ini adalah kali kedua bagi saya (pertama; Juni/July 1999, seminggu).

Perjalanan lancar dari LCCT Kuala Lumpur ke Minangkabau International Airport di Padang (persisnya ada di Kab. Padang Pariaman, ini adalah airport baru pengganti Tabing yang kecil di pinggiran kota Padang).

Banyak penumpang yang dari bahasanya agak sulit membedakan orang Padang atau orang Malaysia. Banyaknya warga Malaysia keturunan Minang, terutama di Negeri Sembilan, mungkin salah satu alasan banyaknya penumpang dan tiap hari ada dua flight KL-Padang.

Keluar airport, alhamdulillah ada bus AC airport-Padang Rp 18,000 (sayang bus kecil dan sempit banget). Perjalanan sekira 45 menit, turun di pool travel Tranex Mandiri jl. Khatib Sulaiman, deket Kantor DPRD Propinsi Sumbar yang masih terlihat sisa-sisa kerusakan akibat guncangan gempa Bumi Padang 2009.

Alhamdulillah, persis di depan pool travel (melayani berbagi tujuan, termasuk Bukit Tinggi yang kami rencanakan) ada Hotel Ion, kelihatan masih baru dan bersih. Alhamdulillah pagi jam 10 sudah boleh check in ambil Deluxe Rp 300,000.