Pertama kali saya keluar kampus untuk isi bensin kereta (=mobil).
Saat itu, karena bensin habis, mesti keluar kampus untuk beli bensin. Karena mobil tua, seat belt agak susah, sehingga saya nggak pake. Eh, sesampainya di pertigaan, saat berhenti nunggu jalan, terlihat patroli mobil polis dari arah kanan menuju ke arah kiri saya. Saya kemudian belok kiri karena pom bensin petronas ada disebelah kiri.
Saya tengok, mobil polis berhenti, saya salip, lalu dia jalan lagi menguntitku, alamak jantung ini berdegup kencang. Sudah tidak pakai seat belt, SIM juga punyanya SIM indonesia (punya surat keterangan dari ibu pejabat polis bahawa SIM negara asing boleh dipakai di Malaysia asal masih berlaku), tapi masalahnya kadang ada poli yang sepaham ada yang tidak.
Saya masuk pom bensin, polis ikut juga, berhenti agak jauh dan seolah mengamati dan mencatat sesuati, waduh.....
Lebih grogi lagi, baru pertama kali isi bensin, gimana bilangnya; bensin, petrol, minyak..... (masalahnya, beli bensin di Malaysia mesti ke kaunter, njuk ngis sendiri). Lha belinya bingung, ngisinya bingung.
Nasib memang lagi apes, begitu keluar dari kaunter dan ambil gagang untuk ngisi bensin, bensin takmau keluar, tanya mbak-nya; lho katanya beli top up (pulsa) digi ... whealah, tadi ngomongku gimana sih kok beli bensin jadi pulsa.
Didekati pak polisi....deg-deg-deg..... "beli minyak atau beli top up", mungkin tahu saya belepotan pake bahasa Melayu, dia tanya lagi in English "where are you come from?". Alhamdulillah semua lancar gak ada masalah..... tinggal nunggu ada tagihan gak bulan depan karena takut kena saman (denda) karena melanggar aturan gak pakai seat belt. [alhamdulillah, 2 bulan ditunggu takda suarat tagihan masuk, maknanya saat itu saya takdicatata melanggar aturan, mungkin mereka hanya mengamati dan curiga].
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment