Friday, October 1, 2010

Welcome to Paris (Perancis)


Jam5 pagi, sampailah kami di terminal bus Gallieni Paris.... total perjalanan sekira 7 jam. Sewaktu masuk terminal, ada 2 bus ngantri, sopir (mungkin memberitahu) bicara dalam bahasa Prancis, tapi kami nggak tahu maksudnya, liat yg lain juga masih duduk dalam bus, kami ikut aja. Kemudian ketika akhirnya bus masuk parkiran bawah gedung, semua turun, kami ikut2an.

Nah, sampailah kebingungan itu menimpa kami. Kok orang ada yang ke kanan, ke kiri, lurus, trus kami ikuti yang mana ya? Hehe... Akhirnya kami memperhatikan dulu peta yang terpampang di dinding, memahami ini peta apa, sedang dimana, mau kemana, naik apa dsb. Jalan-jalan ke Paris memang kurang persiapan banyak bekal data/informasi/peta karena search internet sebelumnya hanya fokus di Belanda. Sementara Paris dan Berlin baru buka2 internet disela-sela rehat di hotel, pun begitu hanya ngandalkan daya ingat dan save file, karena takda printer. Tapi bismillah aja.

”Assalaamu’alaikum” Terdengar suara seorang mendatangi kami lalu berkenalan. Beliau bernama mas Fajar, dosen UNDIP Semarang yang lagi sekolah di Paris, barusan dia dari Belanda juga karena dua anak dan istrinya (lg sekolah di Groningen). Subhanallah, pertolongan Allah lewat mas Fajar menghampiri kita.

Teringat beliau menyampaikan perumpamaan: ”kita bagaikan punya ladang, mau kita tanami apapun atau kita biarkan saja ladang kita, suka-suka kita. Saya melihat bahwa kalian berdua orang Indonesia yang sedang perlu pertolongan, yah inilah ladang saya untuk berbuat baik. Bukan karena Indonesia-nya, tapi karena saya mengerti dan paham bahasanya untuk bisa memberikan pertolongan”.

Akhirnya beliau banyak memberikan penjelasan bagaimana seharusnya di Paris. Kita jangan kaget kalo orang Prancis tidak suka atau tidak bisa bahasa Inggris, mereka bangga dengan bahasa mereka sendiri. Kita juga mesti hati-hati dengan copet. Dll.

Yang paling penting tentunya adalah kami diberi penjelasan ada dimana dan mau kemana. Beliau yang sudah 5 tahun sekolah di Paris sudah fasih dengan bahasa Prancis, beliau beli tiket metro (sama dengan LRT di Kuala Lumpur atau MRT di Singapore). Kami dibelikan 10 tiket utk sehari, katanya kalo beli eceran @ 1.70Euro, tapi kalo beli 10 tiket hanya 12 euro. Sekali naik untuk satu tujuan (walaupun ganti-ganti train, asal belum keluar station) cuma perlu 1 tiket.

Kami juga diajari bagaimana pakai tiket, bagaimana mencari rute, dan ditunjukkan dalam peta metro mana-mana tempat terdekat yang sekiranya layak dan perlu dikunjungi (Eiffel, Louvre, dan musem2 lainnya). Alhamdulillah, kami dah biasa di Malay dan Singapore jadi gak asing banget. Cuma satu: tidak ada kata exit, adanya Sortie....

Terima kasih banyak Mas Fajar, semoga Allah berikan balasan yang jauh lebih baik dari Allah karena telah ”menggarap ladang” dengan baik, semoga diberikan kemudahan dan kelancaran dalam penulisan thesis (katanya mesti dalam bahasa Perancis). Kata Mas Fajar: ”dulu saya belajar bahasa Inggris setengah mati karena susahnya, ternyata setelah ketemu bahasa Prancis, baru tahu ternyata bahasa Inggris jauh lebih mudah daripada bahasa Prancis”

No comments:

Post a Comment